Category Archive : Publikasi Ilmiah

Oleh: Marjuki

Mengkaji Pembelajaran Terdiferensiasi tiada habisnya. Betapa tidak. Di mana-mana selalu terjadi mispersepsi bahkan miskonsepsi. Mispersepsi maupun miskonsepsi akan menimbulkan mala praktik dalam pendidikan. Disadari atau tidak kejadian ini lambat laun berdampak kepada murid. Situasi ini perlu upaya serius untuk meminimalkan dampaknya.

Upaya cerdas MTs Negeri Gresik perlu diapresiasi. Dalam situasi serba salah karena mispersepsi dan miskonsepsi banyak terjadi di belahan nusantara. Darpada menyalahkan kegelapan lebih baik menyakan lilin. Lilin menyala menyebabkan lingkungan belajar menjadi terang benderang. Langkah cerdas yang gercep (gerak cepat), yang wat wet, dan sat set diperlukan untuk exit strategiy dan/atau strategy exit

Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Penguatan Pembelajaran Terdiferensiasi dan P5PPRA menjadi salah satu effort MTs Negeri untuk meretas mispersepsi dan miskonsepsi agar tidak berkepanjangan dan dampaknya meluas. Jika dampaknya dibiarkan meluas akibatnya yang dirugikan tidak lain adalah murid kita.

Terkait dengan konsepsi. Ada tiga macam, yaitu ada kalanya orang; (1) tahu konsep, (2) tidak tahu konsep, dan (3) miskonsepsi. Orang dikatakan tahu konsep, jika konsepnya benar dan yakin benar. Kagori ini ada, tetapi tidak banyak jumlahnya. Orang dikatakan tidak tahu konsep jika konsepnya benar tetapi tidak yakin kalau benar atau konsepnya salah tetapi tidak yakin kalau salah. Kategori ini biasanya paling banyak jumlahnya. Orang dikatakan miskonsepsi jika konsepnya salah tetapi yakin benar. Orang seperti ini disebut mengalami miskonsepsi. Orang yang mengalami miskonsepsi biasanya ngeyel, merasa benar sendiri, kadang sok pinter, sok jago, dan tidak mau mengalah. Kagori ini tidak boleh banyak, faktanya setiap satuan pendidikan jumlahnya tidak sedikit alias sangat banyak. Gak bahaya ta?

Miskonsepsi guru saat merancang pembelajaran. Biasanya guru mentukan tujuan pembelajaran-> merancang pembelajaran-> asesmen hasil belajar. Urutan tersebut benar, tetapi zaman dulu, sebelum pembelajaran terdiferensiasi. Pada saat ini yang benar adalah guru melakukan asesmen awal untuk mengases; kesiapan belajar, gaya belajar, kebutuhan belajar, kesulitan belajar, hobby, kesenangan, dan tingkat perkembangan murid.

Mengapa selama ini pembelajaran jauh dari efektif? Hal ini dapat dijelaskan dengan dua alasan, yaitu; (1) Guru tidak tahu kebutuhan murid, dan (2) Guru tidak tahu bagaimana cara memenuhi kebutuhan murid. Oleh karena itu guru harus tahu kebutuhan murid. Kebutuhan murid berbeda-beda karena; kesiapan, gaya belajar, bakat, minat, hobby, kesukaannya berbeda-beda. Kebutuhan ini dapat diketahui guru jika dan hanya jika guru melakukan asesmen awal. Jika guru melakukan asesmen awal maka guru memiliki profil murid. Setelah guru tahu kebutuhan murid yang disusun dalam profil murid, maka guru dapat merancang pembelajaran sesuai kebutuhan yang beragam.

Guru merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid. Guru memperhatikan gaya belajarnya, bakatnya, minatnya, hobbynya, kesukaannya, kesuulitannya, dan tingkat perkembangannya. Melihat fakta yang beragam di kelas, maka guru akan merancang pembelajaran sesusai kondisi yang dominan, dan dilaksanakan secara variatif. Dengan cara, strategi, teknik yang variatif, maka pembelajaran akan dapat memenuhi kebtuhan belajar murid yang beragam.

To be continued

Gresik, 21 Januari 2024

 

Oleh: Marjuki

Pada artikel sebelumnya membahas guru merancang pembelajaran belum melakukan asesmen awal. Akibat dari tidak melakukan asesmen awal, antara lain; guru tidak tahu kebutuhan murid, dan tidak tahu cara memenuhi kebutuhan murid. Apa yang terjadi? Guru ujug-ujug merancang pembelajaran tanpa tahu kebutuhan murid.

Terkait hal di atas, bisa jadi guru sudah merasa luar biasa di kelas. Murid dibuat sibuk kegiatan. Banyak mengerjakan soal. Tugasnya bertubi-tubi. Guru menjelaskan dengan baik. Murid bisa duduk diam tumaknina saat guru menjelaskan. Guru merasa semua informasi sudah disampaikan, tidak ada yang tersisa. Semuanya diberikan dengan ikhlas, tanpa pamrih untuk murid sendiri.

Sekalipun guru merasa telah memberikan semua ilmunya. Murid-murid berhasil dibuat sibuk. Murid-murid tidak sempat bermain. Tidak ada hari tanpa tugas. Akan tetapi sejatinya apa yang dilakukan masih belum memenuhi kebutuhan murid. Murid memiliki bakat, minat, gaya belajar, hobby, kesukaan, kesulitan, kesiapan belajar berbeda-beda tidak di ketahui dan tidak tahu cara memenuhinya. Hal ini terjadi karena tidak punya data profil murid.

Miskonsepsi kedua, mengelompokkan murid di kelas berdasarkan gaya belajar, minat, bakat, kecepatan belajar, dll. Dapat dibayangkan jika di dalam kelas terdapat ada 20 keberagaman, maka konsekuensinya ada 20 cara, strategi, metode pembelajaran. Jika hal ini terjadi dapat dipastikan betapa semrawutnya pembelajaran. Mengingat guru bukanlah malaikat bersayap yang bisa terbang ke sana kemari dalam waktu bersamaan. Dalam gurauan orang Surabaya, “ledeh tun”.

Gaya belajar digunakan untuk pengelompokan. Apalagi kalau murid tahu dan diberi tahu kalau mereka termasuk kelompok; Audio, Visual, Kenestetika, Audiovisual, dst. Hal ini tidaklah bagus jika kelompoknya selalu demikian. Bisa jadi murid menjadi malu dan minder jika mereka tahu dalam kategori kelompok tersebut. Selain murid malu, minder juga merasa dibuli oleh gurunya sendiri. Terutama kelompok kinestika. Kelompok kinestetika dianggap mereka yang sering membuat onar, gaduh, kisruh, dsb.

Pengelompokan ini penting dalam pembelajaran untuk melatih kolaboratif, koperatif, gotong royong, menghargai, menghormati, mengakomodasi aspirasi orang lain, dan sabar dalam bekerja sama. Oleh karena itu perlu pengelompokan. Celakanya pengelompokan ini dibuat permanen. Akibatnya murid bisa kerja sama jika dan hanya jika dengan kelompoknya sendiri. Dikawatirkan jika dilakukan permanen bisa membentuk geng (semoga tidak).

Pengelompokan permanen kita hindari. Pengelompokan bukan sekedar berkelompok, akan tetapi dalam rangka memudahkan memberikan layanan. Pengelompokan bukan dimaknai agar nurid lebih mudah dikendalikan sehingga pembelajaran terkendali. Pemberian layanan agar murid berkembang secara maksimal, baik di kelas intrakurikuler maupun di luar intrakurikuler.

Dasar pengelompokan yang tepat mengikuti model pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki empat ciri khusus menurut Richard Arends (1997); 1) memiliki tujuan, 2) memiliki sintaks, 3) memiliki lingkungan belajar (termasuk pengelompokan), dan 4) pengelolaan keseluruhan. Ada model yang mensyaratkan kelompoknya homogen dan ada yang heterogen. Jadi jika mau mengelompokan murid perhatikan model apa yang digunakan.

Sayangnya tidak sedikit yang sudah melupakan pendekatan, model, strategi, metode, teknik pembelajaran. Dapat dibayangkan bagaimana cara membelajarkan muridnya. Dikawatirkan model yang digunakan adalah model ngawurisasi. Tanpa model yang jelas, yang penting bisa datang mengajar. Yang paling miris adalah saat masuk kelas pembelajaran, lupa dengan materinya. Setiap memulai mengajar selalu bertanya kepada murid yang duduk paling depan, “kemarin materinya sampai dimana ya? Jika materinya saja lupa, terus bagaimana dengan kompetensi yang akan dilatihkan?

Dalam kondisi seperti ini seyogya Perguruan Tinggi (PT) harus hadir membersamai para guru di sekolah sekitarnya. Sebagai tanggung akademis dan pengabdian masyarakat. Sayangnya masih belum tergerak, bergerak, dan berdampak. Tidak sedikit perguruan tinggi masih terjerat budaya menunggu dan menunggu. Terkadang sibuk dengan diri sendiri. Tidak salah jika seperti menara gading.

Semoga terinspirasi dan makin penanasaran lajutannya.

To be continued

Gresik, 24 Januari 2024

Oleh: Marjuki

Universitas Qomaruddin Gresik

Fasilitator Program Sekolah Penggerak

Pada artikel sebelumnya sudah dikupas tiga miskonsepsi. Hakikat miskonsepsi sulit dihilangkan, akan tetapi dapat digeser proporsinya. Terkait miskonsepsi terdapat tiga kategori,  yaitu; Tahu konsep, tidak konsep, dan miskonsepsi. Tahu konsep, bila konsepnya benar dan yakin benar. Biasanya yang tahu konsep jumlanya tidak banyak. Tidak tahu konsep ada dua macam. Ada orang yang konsepnya benar tetapi tidak yakin benar atau konsepnya salah tetapi tidak yakin kalau salah. Kategori orang yang tidak tahu konsep jumlahnya banyak dan proporsinya dominan.

Kategori ketiga, yaitu miskonsepsi. Dikatakan miskonsepsi jika konsepnya salah tetapi yakin benar. Orang seperti itu biasanya “ngeyel”. Tidak mau kalah sekalipun salah. Biasanya tidak merasa salah karena yakin benar. Secara teori proporsinya tidak boleh besar. Fakta di lapangan proporsinya paling besar. Hal demikian ini menjadi perhatian Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat melatih guru secara langsung. Tidak melalui Instruktur Provinsi (IP), tidak melalui Instruktur Kabupaten (IK) seperti Kurikulum 2013. Untuk mengurangi miskonsepsi, Pemerintah Pusat melakukan advokasi.

Strategi advokasi paling tidak ada 6 macam, yaitu; 1) Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM), 2) Seri Webinar dari Pusat dan Daerah, 3) Komunitas Belajar tingkat satuan pendidikan, Daerah, dan Komunitas daring, 4) Narasumber Praktik Baik, 5) Pemanfaatan Helpdesk, dan 6) Mitra Pembangunan. Strategi advokasi terus diperbaiki dengan segala inovasi untuk mengatasi masalah dan kendala. Namun demikian miskonsepsi tetap saja proporsinya masih dominan. Perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas semua pihak untuk mengurangi proporsi miskonsepsi.

P5 bertujuan untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila bukan untuk mencapai CP (Capaian Pembelajaran) mata pelajaran. Fakta di lapangan dalam Modul P5 selalu dimunculkan CP mata pelajaran. CP mata pelajaran muncul karena JP (jam pelajaran) projek dianggap bagian JP mata pelajaran. Hal ini merupakan miskonsepsi keempat. Misalnya Matematika ada 4 JP dalam struktur kurikulum disebar menjadi 3 intrakurikuler dan 1 JP di projek. Guru matematika merasa 1 JP ada di projek, maka yang membina harus guru matematika. Kegiatan P5 lepas dari kegiatan intrakurikuler. Pembimbing, fasilitator, tim projek tidak harus terkait langsung dengan guru mapel.

Projek penguatan profil pelajar di madrasah diproyeksikan pada dua aspek, yaitu; 1) Profil Pelajar Pancasila dan 2) Profil Pelajar Rahmatan lil Alamiin. Pelaksanaannya bersamaan dan terintegrasi dalam kegiatan dan laporan. Asesmen dilakukan pada dua aspek yaitu karakter, nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin. Fakta di lapangan asesmen terpaku pada produk. Hal ini merupakan miskonsepsi kelima. Produk harus bagus, keren, dan spektakuler. Penumbuhan karakter misalnya berpikir kritis, kreatif, gotong royong dalam proses sering tidak terobservasi dan tidak terukur. Jika ditanya mana hasil P5-P2RA pasti ditunjukkan produk yang bagus, mewah, dan megah. Bukan poster-poster perubahan karakter sebelum dan sesudah projek. Tidak heran jika ada tamu selalu diperkenalkan, dipertontonkan produk vas bunga, pigora, mesin pemotong rumput, video tari-tarian, dll. Jika ditanya bagaimana perubahan karakternya, jawabnya bingungnya setengah mati.

Jika dalam mengimplikasikan projek ada kegagalan tidak menjadi masalah. Setiap ada kegagalan dijadikan bahan refleksi. Dalam melakukan refleksi, paling tidak ada empat macam pertanyaan, yaitu; 1) Apa yang perlu dipertahankan? Karena sudah baik maka perlu dipertahankan, 2) Apa yang perlu ditingkatkan? Karena sudah baik tetapi bisa dibuat lebih lagi, belum maksimal, 3) Apa yang perlu dikurangi? Mungkin tidak banyak manfaatnya, mubazir, dan 4) Apa yang perlu dihilangkan? Mungkin terkait tiga dosa besar pendidikan, yaitu; kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi. Hasil refleksi direkomendasikan untuk diperbaiki disusun dalam bentuk RTL (Rencana Tindak Lanjut).

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat. Mari kita sepakat untuk tidak lelah saling menginspirasi kapan saja, dimana saja, dan bagaimana pun kondisinya. Allahumma aamiiin.

 

Gresik, 04 Pebruari 2024.

sumber gambar: www.malangtimes.com

sumber gambar : www.malangtimes.com

*Husnul Abid

“Pada dasarnya seorang guru merupakan inovator yang dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui inovasi pembelajaran”

Dalam diri manusia terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki oleh manusia bisa digunakan untuk melakukan aktifitas dan meningkatkan aktualisasi diri atau pengembangan diri. Sebaliknya, kekurangan yang dimiliki oleh manusia bisa dijadikan sebagai proses belajar untuk menghadapi kesulitan, tantangan, dan berusaha untuk mencari solusi yang terbaik dari setiap masalah yang dihadapi. Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Allah swt menganugerahkan kelebihan dan kekurangan pada setiap manusia tentunya memiliki tujuan yaitu adanya keseimbangan artinya manusia bisa saling bersinergi atas kedua hal tersebut.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah, maka hal yang bisa dilakukan adalah melihat potensi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Kelebihan yang kita miliki apakah sepenuhnya sudah kita lakukan untuk menghasilkan sebuah karya, membuat kreativitas, menciptakan media, metode, atau strategi yang bermanfaat untuk orang banyak. Hal itu adalah sebuah renungan bagi kita bahkan bisa menjadi sebuah PR besar bagi kita dalam mewujudkan sebuah karya dalam diri kita. Terlebih lagi apabila kita adalah seorang pendidik (guru). Di sisi lain ada kelemahan yang kita miliki. Sebuah pertanyaan, apakah kita tetap berada di zona aman. Artinya bahwa kita tidak bertindak sesuatu untuk mengatasi kelemahan yang ada pada diri kita. Kita terlena dengan kelemahan sehingga tidak ada tindakan positif untuk merubah kelemahan menjadi sebuah peluang untuk menghasilkan karya.

Guru cermin dari pendidik dituntut untuk kaya akan pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sikap sesuai dengan profesinya. Guru harus profesional dalam menyelesaikan tugas dan berbagai macam persoalan di dalamnya. Kondisi seperti itu, sebagai seorang guru tentunnya harus terus belajar baik dari teman seprofesi, buku, media, orang tua, termasuk peserta didik. Dari pengalaman yang diperolehnya, seorang guru dapat mengembangkan berbagai macam ide dan kreativitas. Selain itu juga akan mengantarkan guru pada mindset berpikir positif kritis. Untuk itulah guru harus mempunyai ruang dan wadah untuk menuangkan ide dan kreativitasnya sehingga guru bisa menghasilkan sebuah karya yang berguna bagi dunia pendidikan.

Di tangan seorang guru bertumpu jutaan peserta didik dalam menggapai cita-cita dan impiannya. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk bisa berkarya dan menghasikkan sebuah karya. Merekalah yang nantinya akan mengisi pelbagai kursi kepemimpinan suatu bangsa. Di tangan mereka pula perjuangan suatu bangsa akan diteruskan. Guru yang telah memikiki karya, berarti telah menunjukkan kemampuannya dalam bidang tugasnya secara profesional. Dengan karya yang dihasilkan oleh guru dapat bertutur apa yang didengar, dilihat dan dirasakannya. Dengan karyanya seorang guru selalu mengikuti perkembangan zaman, sehingga daripada itu menjadikan guru semakin kaya.

Kreatifitas dan Inovasi Guru

Kaitannya dengan Kreatifitas dan Inovasi Guru, dari keempat kompetensi (kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial) yang dimiliki seorang guru, kompetensi Profesionalisme menjadi hal yang krusial karena guru dituntut untuk mampu berinovasi dan berkarya. Profesionalisme merupakan sebuah kata yang tidak dapat dihindari di era Globalisasi. Dunia pendidikan sekarang ini tengah menghadapi tantang an dalam cepatnya arus Globalisasi. Dunia pendidikan dituntut agar dapat mendorong dan mengupayakan peningkatan kemampuan dasar untuk menjadi individu unggul dan memiliki daya saing yang kuat secara cepat. Guru yang profesional harus mampu melakukan terobosan dan perubahan, terutama perubahan paradigma belajar dan mengajar. Sudah saatnya guru tidak menempatkan anak didik sebagai objek pembelajaran, tetapi harus mengaktifkan mereka untuk berperan dan menjadi bagian dari proses pembelajaran. Guru tidak lagi memosisikan diri lebih tinggi daripada anak didik atau sebagai tokoh sentral, tetapi berperan sebagai fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam hal ini, guru dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif secara dinamis dan demokratis.

Dengan beragamnya ide dan tingginya kreatuvitas yang dimiliki guru hal itu bisa dijadikan sebagai motivasi bagi dirinya untuk menghasilkan karya melalui goresan pena, menulis buku, menciptakan sebuah inovasi pembelajaran, bahkan bisa melakukan pembuktian sebuah teori melalui eksperimen. Ketika seorang guru berhasil membuat karya dan kreativitas maka pengalaman dan ketrampilan dari pengetahuanya itu bisa di share untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik.

Sebuah karya yang dihasilkan oleh seorang guru  bisa dilakukan dengan memulai untuk menuangkan permasalahan yang dihadapinya selama bekerja, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kemudian, dari permasalahan yang ditemukan, selanjutnya guru bisa mulai menuliskan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dengan cara menulis setiap perkembangan atas permasalahan tersebut yang dituangkan dalam cataan singkat. Setelah itu, seorang guru bisa memulai tahapan selanjutnya yaitu menuangkan dalam bentuk puisi, PTK, cerpen, opini, dan dan boleh pula karya tulis non penelitian seperti membuat makalah, artikel, buku bahan ajar,  diktat (modul), karya terjemahan, dan  buku pedoman guru.

Kemauan yang Kuat

Keterbatasan guru dalam membaca menjadi faktor utama terhadap minimnya guru berkarya melalui tulisan. Hal itu disebabkan karena guru terjebak dalam sebuah rutinitas dalam pemenuhan administrasi mengajar yang menumpuk setiap harinya. Akibatnya, guru mersakan kelelahan selepas aktivitas mengajar. Ketika sampai dirumah, hanya istrihat dan berkumpul dengan keluarga. Namun, ada juga guru yang masih tetap memiliki kemauan dan aktivitas yang tinggi untuk meluangkan waktunya untuk menulis.

Kunci kesuksesan bagi guru yang ingin berhasil dalam menulis dan berkarya dengan inovasinya adalah adanya kemauan yang tinggi. Ketika guru sudah memiliki kemauan yang tinggi, maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk belajar baik dari pengalaman orang lain, membaca berbagai sumber, bahkan bisa sharing dengan orang yang dianggap ahli dalam bidangnya. Hal itu bisa menjadi langkah bagi guru untuk mengatasi keterbatasannya.

Munculnya dilematis dari seorang guru menjadi persoalan baru. Setelah adanya kemauan yang kuat dalam dirinya untuk menulis, akan tetapi di sisi lain merasa kebingungan untuk menuliskan kalimat yang pertama yang akan dituangkan dalam tulisannya. Hal mendasar yang harus dilakukan adalah dengan selalu mencoba, mencoba, dan mencobanya lagi. Kesuksesan bisa berawal dari kegagalan saat mencoba. Oleh karena itu, teruslah menulis karena pada akhirnya kita akan menemukan jati diri sebagai penulis. Sebagai guru harus tetap berkarya dan berinovasi. Karya-karya yang ia tulis akan selalu dikenang dan tetap hidup sepanjang masa.

*Husnul Abid, adalah Guru Mapel Bahasa Arab pada MTs Negeri Gresik

Inovasi Media Pembelajaran Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Selama Pandemi Covid-19

Penulis: Elif Mutiaturrohmah, S.Pd

Sistem pembelajaran jarak jauh (PPJ) yang diterapkan sejak terjadinya pandemi COVID-19 menuntut para guru untuk bisa lebih kreatif dalam mengelolah kelas agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh belajar dirumah.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah pembelajaran dengan menggunakan suatu media yang memungkinkan terjadi interaksi antara pengajar dan pembelajar. Dalam PJJ antara pengajar dan pembelajar tidak bertatap muka secara langsung, dengan kata lain melalui PJJ dimungkinkan antara pengajar dan pembelajar berbeda tempat bahkan bisa dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh

Media pembelajaran PPJ tidak harus menekankan pada satu media saja, tetapi berbagai macam media harus bisa dikelolah oleh guru dengan tujuan siswa tidak bosan, siswa bisa lebih semangat dan ada feedback otomatis melalui berbagai media tersebut. Lantas inovasi media apa sajakah yang harus dikuasai guru selama PPJ?

PPT

Media Power Point adalah alat bantu presentasi, biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu hal yang dirangkum dan dikemas dalam slide Power Point. Sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami penjelasan kita melalui visualisasi yang terangkum di dalam slide. Dengan Media Power Point diharapakan semua materi yang disampiakan guru bisa diterima oleh siswa. Power Point yaitu salah satu fitur menyediakan kemampuan untuk membuat presentasi yang meliputi musik yang memainkan seluruh presentasi atau efek suarauntuk slide tertentu. Uniknya versi Power Point terbaru bisa digunakan sebagai media presentasi yang dapat memunculka nwajah guru saat menjelaskan.

Quizziz

Quizizz merupakan sebuah web tool untuk membuat permainan kuis interaktif untuk digunakan dalam pembelajaran di kelas. Quizizz sekarang bisa diakses di playstore bagi pengguna android, sehingga dalam penggunaannya lebih praktis dan tentunya mobile friendly. Penggunaan quizizz sangatlah mudah, sahabat sosiologi akan dibagi ke dalam 2 bagian yaitu yang pertama adalah host (pembuat soal), pembuat soal biasanya adalah seorang guru/pengajar. Yang kedua ada user (siswa) yang bergabung (join) untuk menjawab soal-soal yang sudah dibuat oleh guru. Akses yang diberikan kepada user/siswa yang melakukan join hanya berupa pengerjaan soal dan pilihan jawaban yang harus dijawab. Selama menjawab user/siswa bisa melihat skor/nilai dalam bentuk prosentase.

Goggle sites

Google Site merupakan suatu tool yang digunakan untuk menciptakan custom website. Mirip dengan wiki, kita dapat mengembangkan situs  sendiri dalam membuat website dan isinya. Kemudian Anda dapat memilih kepada siapa saja situs tersebut dibagikan. Kita dapat menentukan siapa pemiliknya, siapa yang kita izinkan untuk mengedit dan memperbaiki situs, dan siapa yang kita izinkan untuk melihat situs. Kita dapat membatasi siapa saja yang dapat melihat situs menjadi kelompok kecil dan pribadi atau kita dapat memilih untuk mempublikasikan supaya situs mudah diakses siapa saja di dunia.

Karena situs anda disimpan “di dunia maya”, situs Anda tersedia untuk perangkat apa saja yang yang dapat mengakses internet dan dapat diakses dari mana saja yang memiliki koneksi internet tersedia. Dalam sites tersebut kita dapat membuat tombol-tombol yang bisa mengarahkan pada materi yang kita inginkan. Contoh pembuatan media melalui google sites terdapat pada link berikut: https://sites.google.com/view/elifpengukuran/definisi, https://sites.google.com/view/pelajarialatukur/halaman-muka

Microsoft Sway

Office Sway adalah program presentasi dan merupakan bagian dari rangkaian produk Microsoft Office. Sway ditawarkan untuk rilis umum oleh Microsoft pada Agustus 2015. Ini memungkinkan pengguna yang memiliki akun Microsoft untuk menggabungkan teks dan media untuk membuat situs web yang layak ditampilkan. Pengguna dapat menarik konten secara local dari perangkat yang digunakan, atau dari sumber internet seperti Bing, Facebook, One Drive, dan You Tube.

Dengan Sway, tak perlu menghabiskan banyak waktu untuk pemformatan. Mesin desain bawaan akan membantu menyempurnakan kreasi Anda. Jika desain awal tidak sesuai dengan selera atau suasana hati, maka kita dapat dengan mudah menerapkan desain lain atau sepenuhnya mengubah tata letak sesuai keinginan.

Sway gratis digunakan oleh siapa saja yang memiliki Akun Microsoft (Hotmail, Live, atau Outlook.com). Kita dapat membuat Sway yang lebih menarik dengan lebih banyak konten jika menggunakan Sway sebagai bagian dari langganan Office 365. Contoh Link Sway sebagai berikut:

https://sway.office.com/ZGAPaQbDwMUhwuVF?ref=Link

https://sway.office.com/ULF6FReEEB4zzZC0?ref=Link

You tube

YouTube adalah salah satu media social dengan situs web yang menyediakan berbagai macam video mulai dari video clip sampai film, bahkan yang paling trend saat ini adalah sebagai media pembelajarans erta video-video yang dibuat oleh pengguna You Tube itu sendiri. Untuk pembuatan Youtube kita bisa menggunakan aplikasi pembuatan video dengan Kinemaster, Catamsia, Adobe premiere pro, Filmora, Funimate, Viva Video, dan masih banyak lagi aplikasi yang bisa kita gunakan untuk pembuatan media dan kemudian kita manfaatkan share link youtube. Contoh media pembelajaran Youtube: https://youtu.be/fwu4_O7TmRI, https://youtu.be/awv7_rnpFdY,https://youtu.be/wnm2zFTf-A,https://youtu.be/J4iomsTWck8https://youtu.be/geIdAfMiB9c, dan masih banyak lainnya.

Interaktif/ Game

Media pembelajaran adalah media yang dapat digunakan dalam membuat pembelajaran lebih menarik. Sehingga pelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh para siswa. Salah satu contoh dari macam-macam media pembelajaran yang sangat menarik dan dapat digunakan oleh guru pada saat PPJ adalah media pembelajaran interaktif/game.

Pembuatan media pembelajaran interaktif berbentuk game ini dapat dibuat diberbagai aplikasi seperti Adobe Flash, Adobe Illustration, Corel Draw, Articulate storyline dan lain sebagainya. Dalam pembuatannya juga diperlukan beberapa bagian yang tidak terlupakan dari game seperti karakter game, alur game, sound game, isi game, dan lain-lainnya. Media pembelajaran ini sangat menarik untuk dicoba karena dapat menarik minat siswa dalam mempelajari suatu materi yang diberikan. Tidak pula memberikan kebosanan serta dapat membantu meningkatkan daya ingat pada siswa-siswanya. Salah satu inovasi terbaru sebagai PPJ adalah menggunakan Articulate storyline.

Articulate Storyline adalah sebuah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membuat presentasi. Articulate storyline merupakan salah satu multimedia authoring tools yang bisa digunakan untuk membuat media pembelajaran interaktif dengan konten yang berupa gabungan dari teks, gambar, grafik, suara, animasi, dan video. Hasil publikasi articulate storyline berupa media berbasis web (html5) atau berupa application file yang bisa dijalankan pada berbagai perangkat seperti laptop, tablet, smartphone maupun handphone.

Articulate storyline ini cukup mudah dipelajari bagi para pemula yang telah memiliki dasar membuat media menggunakan Ms PowerPoint, karena fitur AS ini sangat mirip dengan fitur yang ada pada Ms PowerPoint. Sedangkan bagi pengguna yang sudah expert, bisa berkreasi menciptakan media yang lebihi nteraktif dan powerful. Contoh media interaktif ini menggunakan aplikasi articulate storyline sebagai berikut: .

Adapun isi dari media tersebut sebagai berikut:

Dan masih banyak lagi media yang bisa kita buat agar kegiatan PPJ lebih dapat bermakna dan tidak membosankan. Mudah-mudahaan artikel ini bisa kita gunakan sebagai bahan literasi untuk berinspirasi dalam berinovasi mengembangkan media pembelajaran.

*Elif Mutiaturrohmah, S.Pd, adalah Guru Mapel IPA pada MTs Negeri Gresik

Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

sumber gambar: www.disk.mediaindonesia.com

 

*Fahimu Ilmi

Sejak bulan Maret 2020, Indonesia diresahkan oleh COVID-19 (Corona Virus Diseart-19). Akibatnya, Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan tentang Pandemi untuk mencegah penularan covid-19. Adanya virus covid-19 pada tahun 2020 memberikan dampak yang luar biasa hamper pada semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan. Dengan adanya virus covid-19  ini membuat semua sarana mati atau di tutup sementara, termasuk kegiatan belajar mengajar,

Belajar adalah aktifitas yang diwajibkan bagi semua orang. Sebagaimana Nabi Muhammad pernah bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya bagi setiap orang Islam”.  Dan dalil tentang kewajiban belajar banyak disinggung di dalam Al Qur’an maupun Al Hadis. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa pentingnya belajar dan mencari ilmu bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat mengertiakan dirinya, lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mempu menciptakan kreasi unik dan spektakuler. Artinya meskipun pada masa pandemic sekalipun, setiap institusi dan para pelaku pendidikan diwajibkan untuk melaksanakan proses pendidikan seperti biasa meskipun di luar lingkungan sekolah.

Dalam kondisi seperti itu, dan tuntutan yang mewajibkan untuk belajar maka melaksanakan pembelajaran di rumah atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai pengganti dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Meskipun pada awalnya banyak orang tua yang menolak pembelajaran jarak jauh untuk anaknya, karena mereka masing-masing dengan teknologi. Namun seiringnya waktu, orang tua mulai menerima pembelaran jarak jauh ini. Terlebih adanya Surat Edaran no. 4 tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian materi akan disampaikan di rumah masing-masing.

Sedangkan faktor keberhasilan dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini adalah sosok orang tua. Orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam kemampuan anak dalam lingkup Pendidikan. Peran orang tua dalam menentukan prestasi belajar siswa sangatlah besar. Pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang atau bahkan tidak berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, orang tua yang selalu memberi perhatian pada anaknya, terutama perhatian pada kegiatan belajar mereka di rumah, akan membuat anak lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orang tuanya juga memiliki keinginan yang sama. Sehingga hasil belajar atau prestasi belajar yang diraih oleh siswa menjadi lebih baik. Peran orang tua juga sangat diperlukan untuk memberikan edukasi kepada anak-anaknya yang masih belum bisa memahami tentang pandemi yang sedang mewabah untuk tetap berdiam diri di rumah agar tidak tertular dan menularkan wabah pandemi ini.

Peran orang tua dalam situasi pandemi Covid-19 ini memiliki kedudukan yang fundamental. Terlebih semua penyampaian materi dilakukan secara daring/online dan perlu sarana teknologi yang akan diberikan kepada anak, maka peran serta orang tua dalam mendampingi anaknya sangat dibutuhkan agar anak tersebut menggunakan waktunya untuk fokus pada pembelajaran jarak jauh  (PJJ) dan tidak menggunakan perangkat teknologi sebagai wahana untuk bersenang-senang.

Oleh karena itu, pada tulisan ini penulis akan menyampaikan beberapa peran orang tua sebagai pendamping bagi anaknya agar anak tersebut menggunakan fasilitas yang sudah diberikan sebagai alat untuk mempermudah pembelajaran yang dilaksanakan secara online. Menurut Winingsih dalam artikelnya setidaknya ada empat peran orang tua dalam mendampingi anaknya mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagaiberikut;

Pertama, peran sebagai guru nomor satu di rumah. Sebab sebelum anak memasuki masa sekolah orang tualah yang berperan sebagai pendidik utama bagi anak sejak dari bayi bahkan sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Dalam hal ini orang tua berperan dalam mengontrol waktu dan cara belajar anak. Orang tua wajib mengingatkan anak untuk belajar secara rutin di rumah. Tidak lupa orang tua dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi anak-anak dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Upayakan agar anak tidak merasa tertekan dan stabil emosinya.

kedua, sebagai fasilitator. Fasilitator berarti orang yang berperan sebagai penyedia. Jika di dalam kelas guru berperan sebagai penyedia bahan belaja, rmaka orang tua di rumah juga mempunyai peran sebagai penyedia sarana dan prasarana yang diperlukan anak dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini. Dengan tersedianya fasilitas belajar yang diperlukan akan mendukung keberhasilan pembelajaran jarak jauh ini.

ketiga, sebagai motivator. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) motivator berarti orang yang member motivasi kepada orang lain. Ketika anak mengalami kesulitan belajar di rumah maka orang tua orang harus dapat membantu dengan member inspirasi kepada anak. Orang tua juga harus dapat menjadi  penggerak dan pendorong kepada anak untuk selalu meningkatkan motivasi belajar pada dirinya.

keempat, sebagai pengarah atau director. Orang tua mempunyai peran untuk selalu membimbing anaknya agar dapat mencapai keberhasilan di masa yang akan datang. Orang tua juga berperan untuk mengarahkan anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh masing-masing anak. Hal ini dikarenakan anak mempunyai bakat yang berbeda-beda. Anak memiliki hak untuk mewujudkan cita-citanya. Anak harus selalu dingatkan agar tidak larut dalam situasi libur sekolah yang tidak menentu seperti saa tini.

Menurut Grant Thornton, para orang tua akan lebih mudah dalam menjalankan perannya jika mereka mau melakukan beberapa hal berikut:

  1. Menyediakan waktu ekstra saat mendampingi anak belajar Absennya sosok guru dalam tatap muka di sekolah kini digantikan oleh sosok orang tua di rumah. Kehadiran orang tua saat masa pembelajaran jarak jauh mengembalikan peranan dan tanggung jawab utama orang tua di dalam pendidikan anak-anaknya. Selain itu, orang tua juga dapat membantu meningkatkan semangat belajar Orang tua sebaiknya mengambil peranan lebih dalam membantu menjelaskan materi yang belum dipahami anak. Hal ini akan dapat menjembatani keterbatasan bertanya langsung pada guru saat pembelajaran secara Daring.
  2. Kenali teknologi lebih jauh. Banyaknya program maupun aplikasi untuk menyelenggarakan sesi pembelajaran jarak jauh yang interaktif membutuhkan pemahaman lebih dari orang tua. Hal itu demi memastikan anak-anak mereka nyaman dalam menimba ilmu dengan cara yang relative Melimpahnya pilihan startup edutech sebagai tambahan opsi bagi anak untuk belajar lebih optimal tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua..
  3. Asah Keterampilan Bersama Anak Belajar di rumah secara Daring memiliki implikasi hilangnya kegiatan tambahan yang biasanya didapatkan di sekolah secara Mulai kegiatan ekstrakurikuler hingga kegiatan bermain dengan teman sebaya menjadi sulit untuk dilakukan.
  4. Orang tua memastikan anak belajar dengan Orang tua membantu anak agar dapat belajar dengan aman serta efektif, baik di sekolah maupun di rumah, baik secara Luring maupun Daring. Jangan lupa untuk mempraktekkan protocol kesehatan sebelum dan sesudah belajar.
  5. Beri Semangat Anak untuk Belajar Secara Daring. Anak cenderung mudah bosan dan kehilangan semangatnya, oleh karena itu,Parents perlu mendukung dengan memberikannya Jika belajar di rumah, ciptakanlah suasana yang menyenangkan. Anak juga bisa diberikan ruangan khusus untuk belajar agar tidak terdistraksi oleh mainan atau benda elektronik lainnya selain yang digunakan untuk belajar.
  6. Orang tua bisa menghubungi guru jika mengalami Dalam pembelajaran Daring, orang tua berperan sebagai guru di rumah yang ikut menyampaikan materi kepada anak. Apabila mengalami kendala terkait pembelajaran, misalnya tidak memiliki waktu untuk mengajari anak, maka Parents bisa menghubungi guru atau Dinas Pendidikan setempat untuk menemukan solusi yang tepat.

Dengan demikian, mereka mampu melewati masa sulit yang terjadi saat ini dengan tetap memiliki semangat belajar yang tinggi untuk berbagai ilmu yang bermanfaat. Dengan ini akan membuahkan sinergitas antara guru, anak dan orang tua sehingga tujuan pembelajaran akan mudah tercapai meskipun dalam kondisi Pandemi Covid-19 yang mengharuskan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.

*Fahimul Ilmi, M.Pd, adalah Guru Mapel Akidah Akhlak pada MTs Negeri Gresik