Semangat Guru MTsN Gresik Mengeksplorasi Pembelajaran Terdeferesiansi

Oleh: Marjuki

Mengkaji Pembelajaran Terdiferensiasi tiada habisnya. Betapa tidak. Di mana-mana selalu terjadi mispersepsi bahkan miskonsepsi. Mispersepsi maupun miskonsepsi akan menimbulkan mala praktik dalam pendidikan. Disadari atau tidak kejadian ini lambat laun berdampak kepada murid. Situasi ini perlu upaya serius untuk meminimalkan dampaknya.

Upaya cerdas MTs Negeri Gresik perlu diapresiasi. Dalam situasi serba salah karena mispersepsi dan miskonsepsi banyak terjadi di belahan nusantara. Darpada menyalahkan kegelapan lebih baik menyakan lilin. Lilin menyala menyebabkan lingkungan belajar menjadi terang benderang. Langkah cerdas yang gercep (gerak cepat), yang wat wet, dan sat set diperlukan untuk exit strategiy dan/atau strategy exit

Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Penguatan Pembelajaran Terdiferensiasi dan P5PPRA menjadi salah satu effort MTs Negeri untuk meretas mispersepsi dan miskonsepsi agar tidak berkepanjangan dan dampaknya meluas. Jika dampaknya dibiarkan meluas akibatnya yang dirugikan tidak lain adalah murid kita.

Terkait dengan konsepsi. Ada tiga macam, yaitu ada kalanya orang; (1) tahu konsep, (2) tidak tahu konsep, dan (3) miskonsepsi. Orang dikatakan tahu konsep, jika konsepnya benar dan yakin benar. Kagori ini ada, tetapi tidak banyak jumlahnya. Orang dikatakan tidak tahu konsep jika konsepnya benar tetapi tidak yakin kalau benar atau konsepnya salah tetapi tidak yakin kalau salah. Kategori ini biasanya paling banyak jumlahnya. Orang dikatakan miskonsepsi jika konsepnya salah tetapi yakin benar. Orang seperti ini disebut mengalami miskonsepsi. Orang yang mengalami miskonsepsi biasanya ngeyel, merasa benar sendiri, kadang sok pinter, sok jago, dan tidak mau mengalah. Kagori ini tidak boleh banyak, faktanya setiap satuan pendidikan jumlahnya tidak sedikit alias sangat banyak. Gak bahaya ta?

Miskonsepsi guru saat merancang pembelajaran. Biasanya guru mentukan tujuan pembelajaran-> merancang pembelajaran-> asesmen hasil belajar. Urutan tersebut benar, tetapi zaman dulu, sebelum pembelajaran terdiferensiasi. Pada saat ini yang benar adalah guru melakukan asesmen awal untuk mengases; kesiapan belajar, gaya belajar, kebutuhan belajar, kesulitan belajar, hobby, kesenangan, dan tingkat perkembangan murid.

Mengapa selama ini pembelajaran jauh dari efektif? Hal ini dapat dijelaskan dengan dua alasan, yaitu; (1) Guru tidak tahu kebutuhan murid, dan (2) Guru tidak tahu bagaimana cara memenuhi kebutuhan murid. Oleh karena itu guru harus tahu kebutuhan murid. Kebutuhan murid berbeda-beda karena; kesiapan, gaya belajar, bakat, minat, hobby, kesukaannya berbeda-beda. Kebutuhan ini dapat diketahui guru jika dan hanya jika guru melakukan asesmen awal. Jika guru melakukan asesmen awal maka guru memiliki profil murid. Setelah guru tahu kebutuhan murid yang disusun dalam profil murid, maka guru dapat merancang pembelajaran sesuai kebutuhan yang beragam.

Guru merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid. Guru memperhatikan gaya belajarnya, bakatnya, minatnya, hobbynya, kesukaannya, kesuulitannya, dan tingkat perkembangannya. Melihat fakta yang beragam di kelas, maka guru akan merancang pembelajaran sesusai kondisi yang dominan, dan dilaksanakan secara variatif. Dengan cara, strategi, teknik yang variatif, maka pembelajaran akan dapat memenuhi kebtuhan belajar murid yang beragam.

To be continued

Gresik, 21 Januari 2024

about author

Husnul Abid

abid@mtsn-gresik.sch.id

Penulis konten berita untuk MTsN Gresik