Oleh: Marjuki
Universitas Qomaruddin Gresik
Fasilitator Program Sekolah Penggerak
Pada artikel sebelumnya sudah dikupas tiga miskonsepsi. Hakikat miskonsepsi sulit dihilangkan, akan tetapi dapat digeser proporsinya. Terkait miskonsepsi terdapat tiga kategori, yaitu; Tahu konsep, tidak konsep, dan miskonsepsi. Tahu konsep, bila konsepnya benar dan yakin benar. Biasanya yang tahu konsep jumlanya tidak banyak. Tidak tahu konsep ada dua macam. Ada orang yang konsepnya benar tetapi tidak yakin benar atau konsepnya salah tetapi tidak yakin kalau salah. Kategori orang yang tidak tahu konsep jumlahnya banyak dan proporsinya dominan.
Kategori ketiga, yaitu miskonsepsi. Dikatakan miskonsepsi jika konsepnya salah tetapi yakin benar. Orang seperti itu biasanya “ngeyel”. Tidak mau kalah sekalipun salah. Biasanya tidak merasa salah karena yakin benar. Secara teori proporsinya tidak boleh besar. Fakta di lapangan proporsinya paling besar. Hal demikian ini menjadi perhatian Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat melatih guru secara langsung. Tidak melalui Instruktur Provinsi (IP), tidak melalui Instruktur Kabupaten (IK) seperti Kurikulum 2013. Untuk mengurangi miskonsepsi, Pemerintah Pusat melakukan advokasi.
Strategi advokasi paling tidak ada 6 macam, yaitu; 1) Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM), 2) Seri Webinar dari Pusat dan Daerah, 3) Komunitas Belajar tingkat satuan pendidikan, Daerah, dan Komunitas daring, 4) Narasumber Praktik Baik, 5) Pemanfaatan Helpdesk, dan 6) Mitra Pembangunan. Strategi advokasi terus diperbaiki dengan segala inovasi untuk mengatasi masalah dan kendala. Namun demikian miskonsepsi tetap saja proporsinya masih dominan. Perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas semua pihak untuk mengurangi proporsi miskonsepsi.
P5 bertujuan untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila bukan untuk mencapai CP (Capaian Pembelajaran) mata pelajaran. Fakta di lapangan dalam Modul P5 selalu dimunculkan CP mata pelajaran. CP mata pelajaran muncul karena JP (jam pelajaran) projek dianggap bagian JP mata pelajaran. Hal ini merupakan miskonsepsi keempat. Misalnya Matematika ada 4 JP dalam struktur kurikulum disebar menjadi 3 intrakurikuler dan 1 JP di projek. Guru matematika merasa 1 JP ada di projek, maka yang membina harus guru matematika. Kegiatan P5 lepas dari kegiatan intrakurikuler. Pembimbing, fasilitator, tim projek tidak harus terkait langsung dengan guru mapel.
Projek penguatan profil pelajar di madrasah diproyeksikan pada dua aspek, yaitu; 1) Profil Pelajar Pancasila dan 2) Profil Pelajar Rahmatan lil Alamiin. Pelaksanaannya bersamaan dan terintegrasi dalam kegiatan dan laporan. Asesmen dilakukan pada dua aspek yaitu karakter, nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin. Fakta di lapangan asesmen terpaku pada produk. Hal ini merupakan miskonsepsi kelima. Produk harus bagus, keren, dan spektakuler. Penumbuhan karakter misalnya berpikir kritis, kreatif, gotong royong dalam proses sering tidak terobservasi dan tidak terukur. Jika ditanya mana hasil P5-P2RA pasti ditunjukkan produk yang bagus, mewah, dan megah. Bukan poster-poster perubahan karakter sebelum dan sesudah projek. Tidak heran jika ada tamu selalu diperkenalkan, dipertontonkan produk vas bunga, pigora, mesin pemotong rumput, video tari-tarian, dll. Jika ditanya bagaimana perubahan karakternya, jawabnya bingungnya setengah mati.
Jika dalam mengimplikasikan projek ada kegagalan tidak menjadi masalah. Setiap ada kegagalan dijadikan bahan refleksi. Dalam melakukan refleksi, paling tidak ada empat macam pertanyaan, yaitu; 1) Apa yang perlu dipertahankan? Karena sudah baik maka perlu dipertahankan, 2) Apa yang perlu ditingkatkan? Karena sudah baik tetapi bisa dibuat lebih lagi, belum maksimal, 3) Apa yang perlu dikurangi? Mungkin tidak banyak manfaatnya, mubazir, dan 4) Apa yang perlu dihilangkan? Mungkin terkait tiga dosa besar pendidikan, yaitu; kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi. Hasil refleksi direkomendasikan untuk diperbaiki disusun dalam bentuk RTL (Rencana Tindak Lanjut).
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat. Mari kita sepakat untuk tidak lelah saling menginspirasi kapan saja, dimana saja, dan bagaimana pun kondisinya. Allahumma aamiiin.
Gresik, 04 Pebruari 2024.